Pages

Ads 468x60px

27 Mei 2010

Rumpun bahasa Afroasiatik

Peta yang menunjukkan distribusi bahasa-bahasa Afro-Asia

Rumpun bahasa Afroasiatik ialah rumpun bahasa dengan anggota hampir 240 bahasa dan 285 juta penutur yang tersebar di daerah Afrika Utara, Afrika Timur, Sahel, dan Asia Barat Daya. Nama lain yang diberikan bagi rumpun bahasa ini adalah Afrasia, Hamito-Semitik (tidak dipakai lagi), Lisramic (Hodge 1972), Erythraean (Tucker 1966). Ke dalamnya termasuk bahasa-bahasa tertulis klasik yang bersejarah panjang, bahkan terpanjang, seperti bahasa Arab, bahasa Ibrani, bahasa Amharik, dan bahasa Koptik. Bahasa Arab memiliki pengaruh kuat terhadap bahasa Melayu/bahasa Indonesia karena penggunaannya sebagai bahasa kitab suci agama Islam. Satu-satunya bahasa Afroasiatik yanag dijadikan bahasa resmi di Uni Eropa adalah bahasa Malta.

Subrumpunbahasa ini ialah:

Bahasa Ongota sering dianggap sebagai rumpun Afro-Asiat, namun pengklasifikasiannya termasuk keluarga ini menyisakan kontroversi sebagian karena sedikitnya data). Sementara Harold Fleming mengusulkan bahwa itu merupakan cabang bebas dari Afro-Asia non-Omotik.

Tak secara umum disetujui pada di mana Proto-Afro-Asia diucapkan; Afrika (misal, Igor Diakonoff, Lionel Bender) telah sering mengusulkan, terutama Ethiopia berdasarkan pada perbedaan besar bahasa-bahasa Afro-Asianya, namun di pesisir Laut Merah barat dan Sahara juga telah dikemukakan (misal, Christopher Ehret). Alexander Militarev mengusulkan bahwa tempat aslinya ialah di Levant (secara spesifik, ia mengidentifikasikan mereka dengan budaya Natufia).

Bahasa-bahasa Semit ialah hanya subkeluarga Afro-Asia yang berdasar di luar Afrika; bagaimanapun, dalam masa sejarah atau sejarah yang dekat, beberapa penutur bahasa Semit menyeberang dari Arab Selatan kembali ke Ethiopia, maka beberapa bahasa Ethiopia modern (seperti bahasa Amharik) ialah bahasa Semit daripada termasuk kelompok substrata Kushitik atau Omotik. (Minoritas akademisi, seperti A. Murtonen (1967), menentang pandangan ini, mengusulkan bahwa bahasa Semit mungkin berasal dari Ethiopia.)

Bahasa berintonasi ditemukan pada cabang bahasa Omotik, Chadik, dan Kushitik Selatan & Timur Afro-Asia, menurut Ehret (1996). Cabang bahasa Semit, Berber dan Mesir tak berintonasi.

Daftar isi

[sembunyikan]

Ciri-ciri umum

Ciri-ciri umum bahasa Afro-Asia termasuk:

  • sistem dua gender dalam kata tunggal, dengan feminin ditandai dengan suara /t/.
  • Tipologi PSO dengan kecenderungan SPO.
  • seperangkat konsonan tegas, yang dengan berbagai cara dicapai dengan glotalisasi, pharyngealisasi, atau implosif, dan
  • morfologi templatis yang mana kata-kata dengan perubahan internal seperti prefiks dan sufiks.

Beberapa sanak termasuk:

  • b-n- "membangun" (Ehret: *bĭn), dibuktikan dalam bahasa Chadik, Semit (*bny), Kushitik (*mĭn/*măn "rumah") dan Omotik (Dime bin- "membangun, membuat");
  • m-t "meninggal" (Ehret: *maaw), dibuktikan dalam bahasa Chadik (misal Hausa mutu), Mesir (mwt, mt, Koptik mu), Berber (mmet, jamak. yemmut), Semit (*mwt), dan Kushitik (Proto-Somali *umaaw/*-am-w(t)- "meninggal")
  • s-n "tau", dibuktikan dalam bahasa Chadik, Berber, dan Mesir;
  • l-s "lidah" (Ehret: *lis' "menjilat"), dibuktikan dalam bahasa Semit (*lasaan/lisaan), Mesir (ns, Koptik las), Berber (iles), Chadik (mis. Hausa harshe), dan kemungkinan Omotik (Dime lits'- "menjilat");
  • s-m "nama" (Ehret: *sŭm / *sĭm), dibuktikan dalam bahasa Semit (*sm), Berber (isem), Chadik (misal Hausa suna), Kushitik, dan Omotik (meski bentuk Berber, isem, dan bentuk Omotik, sunts, terkadang ditolak sebagai kata pinjaman Semit.) Bahasa Mesir smi "laporan, pengumuman" mungkin juga bersaudara.
  • d-m "darah" (Ehret: *dîm / *dâm), dibuktikan dalam Berber (idammen), Semit (*dam), Chadi,kan Omotik (diperdebatkan). Kushitik *dîm/*dâm, "merah", mungkin bersaudara.

Dalam sistem verbal, Semitic, Berber, dan Cushitik (termasuk Beja) seluruh keterangan tersedia buat konjugasi prefiks:

Bahasa Indonesia Bahasa Arab (Semit) Kabyle (Berber) Saho (Cushitik; kata kerjanya ialah "membunuh") Beja (kata kerjanya ialah "datang")
ia (lelaki) meninggal yamuutu yemmut yagdifé iktim
ia (perempuan) meninggal tamuutu temmut yagdifé tiktim
mereka meninggal yamuutuuna mmuten yagdifín iktimna
kamu meninggal tamuutu temmuteḍ tagdifé tiktima
kalian meninggal tamuutuuna temmutem tagdifín tiktimna
saya meninggal ˀamuutu mmuteγ agdifé aktim
kami meninggal namuutu nemmut nagdifé niktim

Afiks kausatif s tersebar luas (ditemukan dalam seluruh subkeluarganya), namun juga ditemukan di kelompok lain, seperti bahasa-bahasa Niger-Kongo. Akhiran kata ganti kepemilikan didukung bahasa Semit, Berber, Kushitik (termasuk Beja), dan Chadik.

Sejarah klasifikasi

Terkadang pelajar pertengahan 2 atau lebih cabang Afro-Asia bersama; sudah di abad ke-9, tata bahasawan Ibrani Judah ibn Quraysh dari Tiaret, Aljazair merasakan hubungan antara Berber dan Semit (yang kemudian dikenalnya melalui Bahasa Arab, Bahasa Ibrani, dan Bahasa Aram.)

Pada 1800-an, orang-orang Eropa mulai mengusulkan hubungan begitu; demikian pada 1844 Th. Benfey keluarga bahasa yang termasuk bahasa Semit, Berber, dan Cushitik (dikenal kemudian sebagai "bahasa Ethiopia"). Di tahun yang sama, T. N. Newman mengusulkan hubungan antara bahasa Semit dan Hausa, namun ini akan menyisakan perdebatan panjang dan ketidakpastian. Keluarga bahasa "Hamito-Semit" tradisional dinamai Friedrich Müller pada 1876 dalam Grundriss der Sprachwissenschaftnya, dan ditetapkan mendirikan kelompok bahasa Semitic plus grup "Hamitic" yang memuat bahasa Mesir, Berber, dan Kushitik; kelompok Chadik tak termasuk. Sebagian klasifikasi ini didasarkan pada antropologi non-linguistik dan argumen rasial.

Leo Reinisch (1909) mengusulkan hubungan Kushitik dan Chadik, saat meminta lebih banyak pertalian jauh dengan bahasa Mesir dan Semit, demikian bayangan Greenberg; namun secara besar usulannya diabaikan. Marcel Cohen (1947) menolak gagasan subkelompok "Hamitic" yang berbeda, dan memasukkan Hausa (bahasa Chadik) perbandingan kosakata Hamito-Semitnya. Joseph Greenberg (1950) menegaskan penolakan Cohen mengenai "Hamitic", menambahkan (dan mensubklasifikasikan) bahasa Chadik, dan mengajukan nama baru Afro-Asia untuk keluarga itu; klasifikasinya tentang itu sampai menjadi hampir secara universal diterima. Pada 1969, Harold Fleming mengajukan pengenalan bahasa Omotik sebagai cabang ke-5, daripada (seperti yang sebelumnya dipercaya) subkelompok Kushitik, dan ini menjadi secara umum diterima. Beberapa pelajar, termasuk Harold Fleming dan Robert Hetzron, sejak itu telah menanyakan pencantuman tradisional bahasa Beja dalam Cushitik, namun pandangan ini belum mendapatkan penerimaan umum.

Ada persetujuan kecil pada subklasifikasi 5 atau 6 cabang yang disebutkan; bagaimanapun, Christopher Ehret (1979), Harold Fleming (1981), dan Joseph Greenberg (1981) semuanya setuju jika bahasa Omotik cabang pertama yang terpisah dari lainnya. Sebaliknya, Ehret mengelompokkan bahasa Mesir, Berber, dan Semit bersama dalam subkelompok Afro-Asia Utara; Paul Newman (1980) mengelompokkan bahasa Berber dengan Chadik dan Mesir pada rumpun Semit, saat pertanyaan pencantuman bahasa Omotik; Fleming (1981) membagi rumpun Afro-Asia non-Omotik, atau "Erythraean", dalam 3 kelompok, Kushitik, Semit, dan lainnya; ia kemudian menambahkan baahasa Semit dan Beja pada ‘yang lain-lainnya’ itu, dengan Ongotá sebagai cabang ke-3 sementara; dan Lionel Bender (1997) menyokong "Makro-Cush" menyusun Berber, Kushitik, dan Semit, saat menganggap bahasa Chadik dan Omotik sebagai yang terjauh dari cabang lainnya. Vladimir Orel dan Olga Stolbova (1995) mengelompokkan bahasa Berber dengan Semit, Chadik dengan bahasa Mesir, dan membagi Kushitik ke dalam 5 atau lebih subkeluarga tersendiri dari rumpun Afro-Asia, yang melihatnya sebagai Sprachbund daripada subkeluarga yang benar. Alexander Militarev (2000), pada basis leksikostatistik, mengelompokkan bahasa Berber dengan Chadik dan keduanya, lebih jauh lagi, dengan bahasa Semit, sebagai pada bahasa Kushitik dan Omotik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar